Jumat, 20 April 2012

Contoh Pendahuluan Makalah

Contoh Pendahuluan Makalah -Hellow kawan-kawan se edukasi, kali ini saya akan menshare Contoh Pendahuluan Makalah. Saya share demikian karena masih banyak yang kaku dalam menulis makalah katanya mereka terkendala pada saat menulis pendahuluan. Oleh karena itu, saya mencoba memberikan contoh pendahuluan makalah. Anda juga bisa membaca Contoh Makalah Ekonomi
Silahkan simak dibawah ini, contoh pendahuluan makalah.
contoh pendahuluan makalah 300x262 Contoh Pendahuluan Makalah

contoh pendahuluan makalah
1.  Pendahuluan
Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia telah puluhan tahun dilaksanakan di sekolah. Jika dilihat dari segi usianya, siapa pun tentu boleh berharap bahwa pembelajaran apresiasi sastra Indonesia seharusnya telah berkembang menjadi sosok dengan citra yang cukup dewasa. Pikiran dan tenaga beratus ribu guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia telah disumbangkan untuk mencapai target yang ditetapkan dalam kurikulum. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru masih menghadapi sejumlah masalah  antara lain, minat siswa dalam belajar apresiasi sastra tidak sehebat minat belajar terhadap mata pelajaran lain seperti matematika, biologi, bahasa Inggris; sebagian guru menghadapi kesulitan memilih strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar, tidak tersedia teks sastra yang memadai untuk mendukung kegiatan pembelajaraan apresiasi, alokasi waktu tidak jelas, pengukuran hasil belajar belum sesuai dengan hakikat pembelajaran apresiasi sastra, dan kurang ada kepedulian masyarakat untuk mendukung terselenggarakannya kegiatan pembelajaran apresiasi sastra yang benar.
Kenyataan di atas, sangat kontras dengan hasil penelitian yang dilaporkan sejumlah guru dari negara lain. Penelitian berjudul “A Gay-Themed Lesson in an Ethnic Literature Curriculum: Tenth Graders’ Respones to “Dear Anita” yang dilakukan oleh   Steven Z. Athanases  (1995) memberikan gambaran tentang  kegiatan kelas yang dilakukan siswa-guru dalam mengapresiasi karya sastra. Langkah-langkah apresiasi yang dirancang secara cermat dengan mempertimbangkan pengalaman dan kebutuhan hidup siswa dapat menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi. Lebih dari itu, kegiatan kelas yang dikembangkan dengan diskusi dan penulisan tugas akhir juga memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan menggali pandangan yang jernih terhadap masalah dalam teks sastra. Penelitian lainnya, berjudul “Cultural  Identity and Response to Literature: Running Lessons from Maniac Magee” yang dilakukan oleh Patricia Enciso (1994) menjelaskan bahwa teks sastra dapat menjadi salah satu sumber vital yang dapat membantu menjadi penunjuk arah untuk memahami manusia sebagai anggota sosial yang berbeda-beda. Karya sastra diyakini dapat mengembangkan minat siswa untuk memahami  dan merasakan empati terhadap perbedaan manusia, waktu, dan dilema. Phyllis E. Within (1996)  melakukan penelitian dengan judul “Exploring Visual Response to Literature” memberikan alternatif bahwa untuk menyatakan hasil analisisnya siswa dapat memanfaatkan simbol-simbol non linguistik, misalnya gambar, sketsa, dan chart. Simbol-simbol tersebut dimanfaatkan sebagai bahan diskusi. Dalam diskusi siswa berlatih untuk mengorganisasikan pikiran-pikirannya dengan mengggunakan argumentasi yang runtut dan jelas. Untuk itu, guru perlu membuat persiapan secara menyeluruh dan  teliti sehingga pembelajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang berarti.
Masalah menumpuk dalam pembelajaran apresiasi sastra Indonesia mengakibatkan ketidakmampuan pembelajaran apresiasi sastra Indonesia untuk memberikan sumbangan bagi pertumbuhan dan perkembangan mental-spritual siswa. Pembelajaran apresiasi sastra juga tidak siap mengantarkan siswa memasuki abad kemajuan teknologi informasi. Padahal, kemajauan teknologi informasi  telah mengaburkan batas-batas geografis wilayah negara yang ditandai identitas budaya. Pada saat ini yang terjadi bukan hanya akulturasi budaya beserta tatanilai yang menyertainya, tetapi sudah merupakan peleburan budaya. Dalam kondisi tersebut, pembelajaran apresiasi satra memiliki tugas melakukan pemberdayaan anak didik agar tetap bertahan dalam perubahan tatanilai dalam masyarakat yang berlangsung amat cepat. Pada masa depan, untuk bertahan ditengah gelombang perubahan selain diperlukan power of reasoning,  juga harus dilengkapi dengan power of culturing. Raka Joni (1991) juga menegaskan bahwa siswa pada masa yang akan datang diharapkan memiliki kemampuan answering questions,  questioning answer, dan questioning questions. Fungsi imperatif itu diharapkan mampu memasuki wilayah cultural, education dan ideologi serta memberikan nilai-nilai etis di semua tingkatan masyarakat.
Dilihat dari kacamata pendidikan nasional,  isu mutakhir yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah membangun kehidupan dengan semangat moral yang dilandasi demokrasi, kebebasan berpendapat, kejujuran, mengembangkan sikap toleransi dalam hidup, hukum sebagai panglima, maupun semangat reformasi menuju masyarakat madani. Semiawan (2000: 4) menyatakan bahwa kekerasan dan benturan-benturan sosial dapat dicegah sejak dini dengan mengedepankan kebersamaan dan pluralitas, prinsip-prinsip toleransi, dan anti terhadap segala bentuk kekerasan. Selaras dengan pendapat ini, melalui pembelajaran apresiasi sastra dapat dikembangkan pemikiran bahwa anak dilahirkan seperti sehelai kertas putih yang  siap ditulisi pengalaman apresiasi  yang membentuk pendidikan nilai moral. Pengalaman belajar apresiasi sastra dapat memberikan  sumbangan bagi siswa untuk membentuk dirinya menjadi makhluk yang mengedepankan nilai moral, sehingga membantu siswa mencapai point of arrival-nya sebagai manusia Indonesia bermoral.

Demikianlah contoh pendahuluan makalah yang sempat saya share pada kali ini semoga bermanfaat buat anda yang ingin menulis makalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...